Alex Oxlade-Chamberlain telah mengungkapkan keinginannya untuk menang secara konsisten kepada rekan-rekannya di Liverpool

Anak-anak asuhan Jürgen Klopp telah meraih empat trofi utama - Liga Champions, Piala Super UEFA, Piala Dunia Antarklub FIFA dan yang terbaru, Premier League - sejak Juni 2019.

 

Namun, Oxlade-Chamberlain dan rekan satu timnya masih belum puas.

 

“Tantangannya sudah sangat jelas untuk tim papan atas manapun,” kata pemain bernomor punggung 15 tersebut kepada Goal.com.

 

“Memenangi kejuaraan sekali itu adalah satu hal yang spesial dan kami tidak boleh menganggap remeh. Tetapi saat kami bisa melakukannya secara konsisten, musim demi musim, itu adalah hal yang akan membuat sebuah tim istimewa.”

 

“Lihatlah tim-tim terhebat dalam sejarah, pemain-pemain lama Liverpool yang telah membuat klub ini seperti sekarang. Tidak hanya sekali, tetapi mereka melakukannya setiap tahun. Itulah tujuan utama kami.”

 

“Ketika saya melihat ke musim sebelumnya, kami hanya kehilangan satu poin untuk menjadi juara. Sembilan puluh tujuh poin dan kami masih belum memenangkannya? Bagaimana kami bisa menyusul? Tapi saat itu kami hanya menundukkan kepala, kami akan bekerja lebih keras dan kami melangkah lebih jauh lagi.”

 

“Itu adalah sebuah hal yang sangat sulit untuk kami telan. Kami bisa melakukannya dengan dua cara; kami bisa mempertanyakan diri sendiri dan hanya berpikir 'bisakah kita benar-benar melakukannya lagi?' atau kami menundukkan kepala dan mencoba lebih keras lagi."

 

Kejuaraan Premier League musim lalu sudah mengukir ketangguhan skuad Klopp ke dalam sejarah klub dan dengan kesuksesan pada kompetisi musim lalu sama sekali tidak mengurangi fokus latihan kami di Melwood.

“Itu hal yang sangat luar biasa, tapi itu sudah selesai sekarang,” kata Oxlade-Chamberlain.

 

“Kami bisa melihatnya kembali suatu saat nanti, tapi kami tidak bisa terjebak di dalamnya terus-menerus. Mengapa kami bisa mencapai kejuaraan? Karena kami tidak kehilangan fokus. Ini akan selalu menimbulkan sebuah pertanyaan ‘apa yang akan kami lakukan selanjutnya?’ dan begitulah hal yang kami pikirkan sekarang.

 

“Sebagai satu tim, kami merasa seperti tidak pernah memenangkannya. Di dalam pikiran kami, kami tahu betul telah memenangkannya. Kami tahu kami ada di dalam buku sejarah klub ini dan kami memiliki medali atau piala untuk mengingatkan kami, tapi saat kami berada di satu gedung secara bersamaan, tidak ada orang satupun yang membicarakannya, tidak ada yang memberi kesan bahwa kami telah juara. Inilah yang seharusnya terjadi.”